Senin, 02 September 2013

Kelainan pada Ikan


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah                                                                                                            Cacat/kelainan tulang rangka paling sering dijumpai pada 2-6 vertebrae (ruas) tulang punggung. Skoliosis, kyphosis dan penggabungan dari beberapa vertebra sering diamati, tetapi jenis cacat yang paling banyak dijumpai adalah lordosis. Ikan yang cacat, tulang punggung menunjukkan bentuk V dengan banyak ataupun sedikit sudut.
Pada ikan yang tidak memiliki gelembung renang, cacat lordotic terutama berlokasi di vertebra 15 (dihitung dari ekor), sedangkan pada ikan yang memiliki gelembung renang cacat biasanya terjadi pada ruas ke 9. Otot-otot ikan biasanya berkembang sebagai akibat gerakan mekanis sirip saat berenang. Pada ikan dengan sirip abnormal cacat biasanya terjadi pada daerah tempat gelembung renang seharusnya berada.
Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa,membunuh dan mempengaruhi produktivitas ikan, baik secara langsung maupun secara bertahap. Hama bersifat sebagai organisma yang memangsa (predator), perusak dan kompetitor (penyaing). Sebagai predator (organisme pemangsa), yakni makhluk yang menyerang dan memangsa ikan yang biasanya mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar dari ikan itu sendiri. Hama sering menyerang ikan bila masuk dalam lingkungan perairan yang sedang dilakukan pemeliharaan ikan. Masuknya hama dapat bersama saluran pemasukan air maupun sengaja datang melalui pematang untuk memangsa ikan yang ada. Hama yang menyerang ikan biasanya datang dari luar melalui aliran air, udara atau darat. Hama yang berasal dari dalam biasanya akibat persiapan kolam yang kurang sempurna. Oleh karena itu untuk mencegah hama ini masuk kedalam wadah budidaya dapat dilakukan penyaringan pada saluran pemasukan dan pemagaran pematang. Hama ikan banyak sekali jenisnya antara lain larva serangga, serangga air, ikan carnivora, ular, biawak, buaya , notonecta atau bebeasan, larva cybister atau ucrit, berang-berang atau lisang, larva capung, trisipan. Hama yang sering mengganggu budidaya ikan beronang laut adalah berupa hewan/binatang atau pengganggu lainnya seperti burung dan lingsang. Hama dapat menyerang dan membuat kerusakan pada kurungan ikan. Penanggulangan hama dapat dilakukan dengan cara menutup bagian atas kurungan dengan jaring serta memagar/melingkari kurungan. Untuk mengetahui jenis penyakit dan cara pencegahannya diperlukan diagnosa gejala penyakit.

B.     Batasan Masalah                                                                        
Batasan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
1.      Cacat atau Kelainan pada tulang belakang (vertebrae) ikan.
2.      Hama dan Penyakit pada ikan

C.    Tujuan Penulisan                                                                                                             
      Untuk    mengetahui tentang macam-macam  cacat atau kelainan yang terjadi pada ikan serta mengetahui penyebab atau faktor apa saja yang menyebabkan kelainan tersebut. Dan untuk mengetahui serta mengamati tentang hama atau penyakit  yang terdapat  pada ikan. Mengetahui bagaimana cara pencegahan penyakit pada ikan yang memerlukan diagnosa gejala penyakit. Mengetahui beberapa tanda-tanda apabila ada penyakit pada ikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Cacat atau Kelainan Pada Tulang Belakang (Vertebrae) Ikan        
Cacat atau kelainan tulang rangka paling sering dijumpai pada 2-6 vertebrae (ruas) tulang punggung. Skoliosis, kyphosis dan penggabungan dari beberapa vertebra sering diamati, tetapi jenis cacat yang paling banyak dijumpai adalah lordosis. Ikan yang cacat, tulang punggung menunjukkan bentuk V dengan banyak ataupun sedikit sudut.           
Pada ikan yang tidak memiliki gelembung renang, cacat lordotic terutama berlokasi di vertebra 15 (dihitung dari ekor), sedangkan pada ikan yang memiliki gelembung renang cacat biasanya terjadi pada ruas ke 9. Otot-otot ikan biasanya berkembang sebagai akibat gerakan mekanis sirip saat berenang.                                      
Pada ikan dengan sirip abnormal cacat biasanya terjadi pada daerah tempat gelembung renang seharusnya berada. Cacat tulang belakang dapat diamati dengan mikroskop pada ukuran larva sekitar 15-20 mm, yang sesuai dengan tahap di mana kalsifikasi tulang cukup maju. Untuk ikan yang lebih besar, untuk melihat kelainan pada tulang harus digunakan sinar-X.                                            
  • Pada ikan tanpa swim bladder fungsional, cacat muncul 100% pada kedua jenis ikan.
  • Pada ikan yang memiliki swim bladder, cacat terjadi antara 0 sampai 100%.
    Pengaruh lordosis pada ikan juga bervariasi sesuai dengan lokasi cacat tersebut.
  • Pada ikan ukuran 1 g (seabass) dengan gelembung renang fungsional, lordosis berkaitan dengan pertumbuhan yang lambat(tidak terukur), tetapi tampaknya tidak ada kematian yang disebabkan oleh cacat tersebut, Sudut bengkok nampak berkurang saat ikan tumbuh, meski tidak menghilang sepenuhnya.
·         Pada ikan tanpa gelembung renang fungsional, lordosis terkait dengan keterlambatan pertumbuhan dan kematian.Cacat bahkan cenderung ireversibel, dalam kasus inflasi akhir kantung udara (misalnya, antara 7 dan 54 gram dalam seabream gilthead).        
Dalam kedua kasus tersebut, kondisi lingkungan yang mendorong aktifitas renang  
ikan selama tahap pemeliharaan larva, yang mungkin disebabkan oleh sirkulasi air yang terlalu kuat, meningkatkan frekuensi lordosis. Pada ikan tanpa gelembung renang fungsional, kondisi ini juga meningkatkan sudut lordosis.
Sebuah review osteogenesis terkait dalam masalah ikan, Penyebab cacat pada tulang belakang ikan terutama disebabkan oleh kekurangan gizi atau oleh toksisitas beberapa unsur yang tertelan. Keduanya mempengaruhi tekstur tulang, terutama metabolisme kolagen, memodifikasi atau mengubah kalsium dan fiksasi fosfor. Contoh racun yang mendorong timbulnya cacat juga banyak, melibatkan logam berat dan pestisida, serta kelebihan dari beberapa metabolit atau vitamin.
Di antara kemungkinan penyebab cacat tulang belakang ikan seabass dan seabream gilthead, mekanisme yang melibatkan keracunan logam berat, gangguan lingkungan atau keterlibatan patogen harus dikecualikan karena terlalu banyak terkait dengan masalah lain yang sangat kompleks. Pada kenyataannya cacat rangka(tulang belakang) pada ikanterjadi pada banyak hatchery yang berbeda dan dalam kondisi pemeliharaan yang berbeda yang menunjukkan bahwa hal ini terjadi karena beberapa keadaan yang bisa dibilang luar biasa.
Oleh karena itu, harus ada faktor umum yang bekerja pada berbagai situasi dan kondisi lingkungan pemeliharaan. Kekurangan gizi tampaknya menjadi hipotesis yang lebih realistis karena teknik pemeliharaan (frekuensi pemberian pakan,jenis pakan, pakan alami, pakan buatan, dll) kurang lebih sama pada kebanyakan panti pembenihan. Dilihat lebih jauh, kekurangan vitamin C dan / atau kelebihan vitamin D yang beracun dapat menjadi hal yang paling mungkin. Vitamin C adalah salah satu agen utama dalam metabolisme kolagen, sebuah komponen penting dari jaringan tulang. Kekurangan vitamin C dengan mudah dapat dijelaskan karena kelarutan yang tinggi dalam air.
Hipotesis dari hypervitaminosis D juga menarik karena memperhitungkan penampilan calculosis kemih. Vitamin ini hadir dalam jumlah besar di minyak ikan yang digunakan untuk memperkaya rotifera dan udang untuk larva ikan laut, serta di perut ikan dan komponen pakan buatan yang digunakan pada tahap pembibitan. Minyak hati ikan tuna, misalnya, dapat berisi sampai 200 000 IU vitamin D dan minyak ikan hingga 500 IU per gram (1 International Unit = 0,025 ug dari D2 vitamin sebagai bentuk kristal).
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan peningkatan produksi ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum Cuvier) adalah ketersediaan benih yang berkualitas, benih tersebut tersedia dalam jumlah yang banyak, dan secara berkesinambungan selalu tersedia. Usaha penyediaan benih yang berkualitas dan dalam jumlah yang banyak, serta berkesinambungan masih menemukan kendala antara lain adalah kegagalan pembenihan yang masih tinggi. Kegagalan pembenihan terutama disebabkan oleh kualitas telur yang rendah, yang dicerminkan oleh rendahnya derajat penetasan, kelambatan perkembangan embrio, rendahnya kelulushidupan larva dan adanya larva yang abnormal. Kualitas telur antara lain sangat ditentukan oleh kandungan nutrisi dalam pakan yang diberikan pada induk. Dari beberapa penelitian sebelumnya diketahui bahwa salah satu kandungan nutrisi dalam pakan yang penting untuk meningkatkan kualitas telur ikan adalah asam askorbat. Apalagi ikan bawal air tawar termasuk ke dalam ikan yang tidak mampu mensintesis asam askorbat. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengamati pengaruh penambahan asam askorbat dalam pakan terhadap penampilan reproduksi ikan bawal air tawar.
Induk ikan bawal air tawar jantan dan betina dipelihara dalam kolam, setiap kolam terdiri atas 1 ekor induk betina dan 2 ekor induk jantan. Induk ikan diberi pakan komersial dengan kandungan asam askorbat berbeda. Induk ikan kelompok perlakuan diberi pakan komersial yang ditambah dengan asam askorbat 2 atau 3 g/kg pakan, sedangkan induk ikan kelompok kontrol hanya diberi pakan komersial tanpa kandungan asam askorbat. Pemberian pakan dilakukan setiap hari sebanyak 5% dari berat tubuh ikan, sampai telur matang dan siap untuk dipijahkan. Pemijahan dilakukan secara buatan yaitu dengan menyuntikkan OVAPRIM ke dalam tubuh induk jantan dan betina. Untuk mengetahui apakah penambahan asam askorbat 2 atau 3 g/kg pakan dapat meningkatkan penampilan reproduksi ikan bawal air tawar dilakukan pengamatan terhadap beberapa parameter yaitu fekunditas relatif, lama waktu penetasan, persentase telur yang berhasil menetas, persentase kelulushidupan larva dan persentase larva yang mengalami kelainan perkembangan. Fekunditas relatif merupakan proporsi jumlah telur terhadap berat badan induk ikan betina. Perhitungan lama waktu penetasan dan jumlah telur yang berhasil menetas dilakukan setiap 2 jam sampai telur pertama kali menetas, selanjutnya pengamatan dilakukan setiap 30 menit. Pengamatan jumlah larva yang hidup dan yang mengalami kelainan perkembangan dilakukan setiap hari sampai larva berumur 10 hari.
Tambaqui induk dipelihara dalam kolam, setiap kolam terdiri dari satu perempuan dan dua laki-laki. Induk diberi makan dengan konsentrasi yang berbeda asam askorbat dalam makanan mereka. Induk ikan kelompok perlakuan diberi makan komersial yang ditambah mengandung asam askorbat 2 atau 3 g / kg pakan, sedangkan induk yang tidak diobati hanya diberi makan. Pakan dilakukan setiap hari dengan 5% dari berat badan, sampai telur matang dan siap untuk pemijahan. Buatan pemijahan dilakukan dengan injeksi ovaprim untuk induk jantan dan betina. Untuk mengetahui pengaruh dari 2 atau 3 g / kg suplementasi asam askorbat diet terhadap kinerja reproduksi ikan bawal air tawar, beberapa parameter telah diamati seperti fekunditas relatif, lama waktu penetasan, persentase penetasan, persentase sintasan larva dan persentase abnormalitas larva. Panjang penetasan dan jumlah telur menetas dilakukan setiap dua jam sampai telur pertama kali menetas, selanjutnya pengamatan dilakukan setiap 30 menit. Larva kelangsungan hidup dan jumlah larva abnormal diamati setiap hari sampai 10 hari tua.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa fekunditas relatif yang merupakan proporsi jumlah telur terhadap berat badan induk ikan betina hanya meningkat pada penambahan asam askorbat dengan konsentrasi tertinggi, walaupun tidak terlalu berbeda dari kelompok kontrol. Telur ikan bawal air tawar kelompok perlakuan mulai menetas 15 jam setelah penebaran telur dan seluruh telur menetas pada 16,5 jam setelah penebaran telur, sedangkan telur ikan bawal air tawar kelompok kontrol mulai menetas 16,5 jam setelah penebaran telur dan seluruh telur menetas pada 18 jam setelah penebaran telur. Persentase telur ikan yang berhasil menetas pada kelompok perlakuan meningkat dari kelompok kontrol. Demikian pula dengan persentase kelulushidupan larva yang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi asam askorbat dalam pakan. Pada penelitian ini tidak ditemukan larva yang mengalami kelainan perkembangan, baik pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan asam askorbat sebanyak 2 atau 3 g/kg pakan dalam pakan induk ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum Cuvier) mempercepat waktu penetasan, meningkatkan persentase kelulushidupan larva, tetapi hanya sedikit meningkatkan persentase telur yang berhasil menetas dan fekunditas relatif pada konsentrasi asam askorbat tertinggi sedikit meningkat dalam persentase penetasan telur dan fekunditas relative.           
                                                                                 
B.      Beberapa kelainan yang terdapat  pada larva.
Ada beberapa kelainan yang dijumpai pada larva ikan, terutama seabass dan sea bream, yang berkaitan erat dengan kinerja morphoanatomic dalam pemeliharaan larva, diantaranya adalah: adanya batu pada saluran kemih (urinary calculosis). Gelembung renang (Swim bladder) yang tidak berkembang Cacat/kelainan pada tulang belakang, Cacat pada larva yang baru menetas, Cacat/kelainan pada bentuk rahang dan operculum insang.
  1. Cacat pada tulang ikan.
Cacat pada tulang ikan yang paling umum mempengaruhi larva ikan seabass dan seabream, pada ikan stadia juvenil(yuwana) dan ikan dewasa biasanya terlihat pada rahang, insang, kepala dan tulang punggung.
  1. Cacat pada larva yang baru menetas
         Sejumlah kelainan dapat pada larva ikan yang baru menetas, yang paling sering
terlihat adalah tubuh larva yang terbentuk memutar. Larva ikan yang mengalami hal ini
tidak akan bertahan lebih dari beberapa jam, atau paling bagus akan mati dalam beberapa hari. Kelainan ini dapat terjadi pada beberapa persen hingga keseluruhan populasi. Jika persentase cacat terjadi di atas 10% mungkin lebih baik membuang larva dan memulai dengan pemeliharaan larva yang baru.     Asal-usul genetik dari anomali tersebut tidak dapat dibuktikan, sekalipun dalam budidaya ikan dapat dilakukan perkawinan silang. Sebagian ahli percaya bahwa kemungkinan penyebabnya adalah kondisi pemeliharaan yang kurang baik, khususnya dalam kaitannya dengan:
Ø  Kekurangan gizi di induk selama ovogenesis (yang paling mungkin).
Ø  Pencahayaan yang tidak memadai selama inkubasi.
Ø  Kepadatan telur berlebihan (yang mengarah ke stres mekanik dan pasokan oksigen yang terbatas).
Ø  Penanganan, salinitas atau guncangan termal.
Ø  Polutan di lingkungan pemeliharaan.
Ø  Campuran dari penyebab yang disebutkan di atas.

Berikut ini adalah gambar betuk larva normal dan bentuk larva abnormal ikan
Bentuk Abnormal
Bentuk Normal
Keterangan
Abnormalitas
mulut

Abnormalitas
kantong telur

Abnormalitas
tulang belakang

  1. Kelainan bentuk rahang dan opercula
Cacat dapat mempengaruhi baik rahang atas dan / atau mandibula, yang dapat berupa tidak lengkap atau menonjol.Sebuah operkulum atau keduanya dapat tidak muncul atau tidak lengkap, atau bahkan bengkok ke luar . Untuk ukuran larva 15-20 mm harus digunakan mikroskop untuk mendeteksinya. Untuk ukuran yang lebih besar dapat diamati secara visual. Rahang yang terdeformasi dapat diamati pada larva sejak menetas, sedangkan operkulum cacat tidak dapat dideteksi sebelum larva mencapai panjang 12 mm.   
C.   Hama dan Penyakit Pada Ikan                                                                Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa,membunuh dan mempengaruhi produktivitas ikan, baik secara langsung maupun secara bertahap. Hama bersifat sebagai organisma yang memangsa (predator), perusak dan kompetitor (penyaing). Sebagai predator (organisme pemangsa), yakni makhluk yang menyerang dan memangsa ikan yang biasanya mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar dari ikan itu sendiri. Hama sering menyerang ikan bila masuk dalam lingkungan perairan yang sedang dilakukan pemeliharaan ikan. Masuknya hama dapat bersama saluran pemasukan air maupun sengaja datang melalui pematang untuk memangsa ikan yang ada. Hama yang menyerang ikan biasanya datang dari luar melalui aliran air, udara atau darat. Hama yang berasal dari dalam biasanya akibat persiapan kolam yang kurang sempurna. Oleh karena itu untuk mencegah hama ini masuk kedalam wadah budidaya dapat dilakukan penyaringan pada saluran pemasukan dan pemagaran pematang. Hama ikan banyak sekali jenisnya antara lain larva serangga, serangga air, ikan carnivora, ular, biawak, buaya , notonecta atau bebeasan, larva cybister atau ucrit, berang-berang atau lisang, larva capung, trisipan. Hama menyerang ikan hanya pada saat ikan masih kecil atau bila populasi ikan terlalu padat. Sedangkan bila ikan mulai gesit gerakannya umumnya hama sulit memangsanya. Hama yang menyerang ikan budidaya biasanya berupa ular, belut, ikan liar pemangsa. Sedangkan hama yang menyerang larva dan benih ikan biasanya notonecta atau bebeasan, larva cybister atau ucrit. Hama yang sering mengganggu budidaya ikan beronang laut adalah berupa hewan/binatang atau pengganggu lainnya seperti burung dan lingsang. Hama dapat menyerang dan membuat kerusakan pada kurungan ikan. Penanggulangan hama dapat dilakukan dengan cara menutup bagian atas kurungan dengan jaring serta memagar/melingkari kurungan. Untuk mengetahui jenis penyakit dan cara pencegahannya diperlukan diagnosa gejala penyakit. Gejala penyakit untuk ikan yang dibudidayakan dapat dilihat/diamati dengan tanda-tanda sebagai berikut :
·         Ada kelainan tingkah laku :                                                                                      Salah satu atau beberapa ikan keluar dari kelompoknya dan cara berenangnya miring atau "driving" (ikan yang berada di permukaan langsung menuju dasar dengan cepat). Gejala demikian biasanya disebabkan oleh beberapa penyakit, antara lian : penyakit insang, penyakit sistem saraf otak, keracunan bahan kimia logam berat, dan kekurangan vitamin.
·         Ikan tidak mau makan :  
Perhatikan sudah berapa lama keadaan ini terjadi, penyebabnya adalah : penyakit diabetes (oxydized fatty), kelebihan mineral yang berasal dari pakan dan kebosanan yang terjadi karena persediaan pakan sedikit. Ada kelainan pada bentuk ikan : hal ini terjadi pada rangka ikan dan permukaan tubuh ikan.
·                                    Mata tidak normal :                                                                                              
Mata tidak normal disebabkan oleh bakteri dan parasit tremotoda Giganea sp. Untuk organ tubuh bagian dalam gejala penyakit dapat terjadi pada : Insang (hilang beberapa bagian, disebabkan kekurangan darah dan keracunan, atau parasit yang berupa ciliata dan monogenik).
·         Otak (terjadi pendarahan dan TBS, disebabkan oleh parasit Myxosporadia, Giganea sp, Streptococcus sp, dan Nocardia sp).
·         Jantung (menjadi tebal dan membesar, disebabkan oleh bakteri klas Mycospradia, membran jantung membesar karena diserang bakteri Streptococcud spp).
·         Hati (membesar atau mengecil, warna hijau/kuning, disebabkan oleh perubahan kadar lemak); Jamur yang berasal dari pakan yang terkontaminasi dapat menyebabkan hati mengalami pendarahan, keras, mudah Pecah.
·         Lambung (menjadi kembung, luka dan berlobang, disebabkan oleh parasit yang termasuk klas Cestoda); Usus (luka, pendarahan, keluar dari anus dan vibriosis, disebabkan oleh parasit dalam klas Nematoda, Trematoda, Cestoda dan Acanthocephala).
·         Limpa (menjadi besar/kecil dan kekurangan darah, disebabkan oleh adanya penyakit di bagian lain).
·         Otot (warna tidak jelas/putih, terjadi pendarahan, disebabkan oleh bakteri Nacordia sp atau serangan parasit Microsporidae).
·         Penanganan Ikan Sakit,Penanganan terhadap ikan sakit dapat dibagi atas dua langkah yaitu :                
1.      Berdasarkan teknik budidaya: Menghentikan pemberian pakan pada ikan; Mengganti makanan dengan jenis lain; Mengkelompokkan ikan menjadi kelompok-kelompok yang kepadatannya/ densitasnya rendah; Bila mungkin ikan-ikan dipanen, daripada menjadi wabah bagi ikan yang lain.         
2.      Berdasarkan terapi kimia : Memeriksa kepekaan dari masing-masing obat yang akan digunakan; Memeriksa batas dosis yang aman untuk masing-masing obat agar tidak terjadi "over dosis"; Menjaga agar obat tidak terkontaminasi oleh bakteri; Memperhatikan keterangan yang dikeluarkan oleh pabrik obat tersebut.
·         Cara Pemberian Obat, Ditenggelamkan dalam tempat budidaya; Disebarkan pada permukaan; Dicampurkan dalam pakan; Dengan cara injeksi. Pada ikan beronang biasanya banyak kedapatan parasit jenis monogenetik trematoda pada bagian insangnya, parasit ini dapat dilepaskan dengan mengunakan "dipterex" (organoposfat, sinonim : Dylox, Masoten, Neguvon) dengan dosis sebesar 30 ppm selama 8 - 16 m enit dan 50 ppm selama 4 - 5 menit. Percobaan ini hasilnya positif, dengan tingkat kematian ikan beronang sampai 0%. Waktu dan dosis obat yang diberikan perlu diperhitungkan dengan hatihati agar tidak terjadi kelebihan dosis yang dapat mengakibatkan kematian pada ikan. Oleh karena itu perlu diketahui berapa jumlah dosis yang digunakan. Di bawah ini diberikan beberapa dosis yang mematikan terhadap beberapa jenis ikan beronang.
·         Pencegahan penyakit, Untuk mencegah agar ikan yang dibudidayakan tidak terkena penyakit dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut : Menjaga kebersihan tempat budidaya; Menjaga lingkungan/tidak tercemar oleh limbah industri dan bahanbahan kimia pertanian; Memeriksa jenis pakan yang akan diberikan dan hindarkan kontaminasi jamur; Lakukan vaksinasi bagi ikan yang sehat.
 
D.   Gejala Penyakit Berdasarkan Kelainan Anatomi Dan Perilaku
1.Dropsy
Dropsy  merupakan  gejala  dari  suatu  penyakit  bukan  penyakit  itu  sendiri. Gejala dropsy  ditandai  dengan  terjadinya  pembengkakan  pada  rongga  tubuh  ikan.  Pembengkakan  tersebut  sering  menyebabkan  sirip  ikan  berdiri  sehingga penampakannya akan menyerupai buah pinus. Pembengkakan  terjadi  sebagai  akibat  berakumulasinya  cairan,  atau  lendir dalam rongga tubuh.  Gejala ini disertai dengan: Gejala malas bergerak,  gangguan pernapasan, dan  warna kulit pucat kemerahan.
Akumulasi cairan selain akan menyisakan rongga yang "menganga" lebar, juga akan menyebabkan organ dalam tubuh ikan tertekan. Bila gelembung renang ikut tertekan dapat menyebabkan keseimbangan ikan terganggu Penyebab penyakit dropsyinfeksi virusbakteri aeromonasmyobakteriparasit Hexamitaakumulasi nitrogen. Secara  alamiah  bakteri  penyebab  dropsy  kerap  dijumpai  dalam  lingkungan,  tetapi biasanya dalam jumlah normal dan terkendali. Perubahan bakteri ini menjadi patogen, bisa terjadi karena akibat masalah  osmoregulator pada ikan yaitu;
a. Kualitas air yang kurang baik.
b. Menurunnya fungsi kekebalan tubuh ikan.
c. Malnutrisi atau karena faktor genetik. Infeksi  utama  biasanya  terjadi  melalui  mulut,  yaitu  ikan  secara  sengaja  atau  tidak memakan  kotoran  ikan  lain  yang  terkontaminasi  patogen  atau  akibat  kanibalisme terhadap ikan lain yang terinfeksi.

2.   Kelainan Gelembung Renang
Gelembung renang (swimbladder) adalah organ berbentuk kantung berisi udara yang berfungsi untuk mengatur ikan mengapung atau melayang di dalam air, sehingga ikan tersebut  tidak  perlu  berenang  terus  menerus  untuk  mempertahankan  posisinya.  Organ ini hampir ditemui pada semua jenis ikan.
Beberapa  kelainan  atau  masalah  dengan  gelembung  renang,  yang  umum  dijumpai, adalah  sebagai akibat dari luka dalam,  terutama akibat berkelahi atau  karena kelainan bentuk tubuh.
Beberapa  jenis  ikan  yang  hidup  di  air  deras  seringkali  memiliki  gelembung  renang yang  kecil  atau  bahkan  hampir  hilang  sama  sekali,  karena  dalam  kondisi  demikian gelembung renang  boleh dikatakan tidak ada fungsinya.   Untuk ikan-ikan jenis ini,  kondisi gelembung renang demikian adalah normal dan bukan merupakan suatu gejala penyakit. Mereka biasanya hidup di dasar atau menempel pada subtract.
Salah satu contoh kasus kelainan gelembung renang (swim bladder) pada ikan "red parrot", ikan berenang dengan kepala di bawah.Tanda-tanda penyakit kelainan gelembung fenanga. Perilaku berenang tidak normal dan kehilangan keseimbangan.  Ikan tampak kesulitan dalam menjaga posisinya dalam air. Kerusakan  gelembung  renang  menyebabkan  organ  ini  tidak  bisa  mengembang  dan mengempis,  sehingga  menyebabkan  ikan  mengapung  dipermukaan  atau  tenggelam.  Dalam beberapa kasus ikan tampak berenang dengan kepala atau ekor dibawah atau terapung pada salah satu sisi tubuhnya, atau bahkan berenang terbalik.
Penyebab kelainan gelembung renanga. Infeksi bakteri sistemik merupakan penyebab utama b. Beberapa  spesies  protozoa  dan  nematoda  khususnya  pada  ikan-ikan  yang hidup di air dingin. Pada jenis-jenis ikan teritorial dan agresif, seperti cichlid, kelaian gelembung renang sering sekali karena rusak sebagai akibat benturan berulang-ulang oleh musuhnya.  d. Masalah  gelembung  renang  juga  dapat  diakibatkan  oleh  terjadinya  tekanan pada organ tersebut sebagai akibat  tumor, dropsy, atau sembelit.e. Kehilangan  keseimbangan  sering  juga  merupakan  gejala  dari  berbagai penyakit lain yang telah parah, atau akibat dari shock.
Gambar 8.22. Contoh kasus kelainan gelembung renang (swim bladder) pada ikan "red parrot", ikan berenang dengan kepala di bawah.

3.      Mata Berkabut (Cloudy Eye)
Mata  berkabut  atau  "cloudy  eye"  ditandai  dengan  memutihnya  selaput mata ikan. Permukaan luar mata tampak dilapisi oleh lapisan tipis berwarna putih.Secara umum gejala ini disebabkan oleh kondisi  kualitas  air  yang  memburuk,  terutama  sebagai  akibat meningkatnya kadar amonia dalam air.  Apabila gejala mata berkabut terjadi, maka  hal  yang  harus  dicurigai  terlebih  dahulu  adalah  kondisi  air.  Koreksi parameter air hingga sesuai dengan  keperluan ikan yang bersangkutan.   Apabila  gejala  ini  terjadi,  sedangkan  parameter  air  dalam  keadaan normal, maka terdapat kemungkinan gejala tersebut disebabkan oleh hal lain.
Penyebab Lainnya Mata Berkabut (Cloudy Eye): Infeksi sekunder, menyusul terjadinya kerusakan fisik pada mata. Produksi  lendir  berlebihan,  biasanya  sebagai  akibat  reaksi  terhadap  infestasi protozoa  parasit  (penyakit  selaput  lendir  kulit);  kualitas  air  yang  memburuk (amonia,  nitrit,  dan  nitrat);  nilai  pH  yang  tidak  sesuai;  keracunan (klor/kloramin);  atau  akibat  pemberian  perilakuan  pengobatan  yang  tidak sesuai. Diplostomum ((fluke pada mata).  Dalam kasus ini bagian mata yang memutih adalah lensanya, bukan permukaan luar mata. Infeksti bakteri eksternal.

4.      Ulcer-Ulcer
Ulcer-ulcer merupakan  suatu  pertanda  tarjadinya  berbagai  infeksi  bakteri sistemik  pada ikan.  Fenomena  ini  biasanya  ditandai  dengan  munculnya  borok/luka  terbuka  pada tubuh  ikan.  Sering  pula  borok  ini  disertai  dengan  memerahnya  pinggiran  borok tersebut.  Ulcer  dapat  memicu  terjadinya  infeksi  sekunder  terutama  infeksi  jamur, selain  itu,  dapat  pula  disertai  dengan  gejala  penyakit  bakterial  lainnya  seperti kembung, dropsi, kurus, atau mata menonjol (pop eye).Penyebab UlcerNekrosis  kulit,  biasanya  sebagai  akibat  terjadinya  infeksi  sistemik  kronis  yang diakibatkan  oleh  bakteri,  terutama  dari  golongan  aeromonas,  pseudomonas, myobaker, dan vibrio.  Luka terbuka yang terjadi dapat menyebabkan ikan menjadi sangat lemah. Pada  kasus  yang  sangat  parah,  dimana  terjadi  kerusakan  kulit  dan  sirip yang  luas,  dapat  menyebabkan  terjadinya  gangguan  pada  sistem  pengaturan  osmotik  ikan,  dan dapat menyebabkan ikan menjadi sangat rentan terhadap infeksi sekunder. Stres, terutama  sebagai  akibat  penanganan  ikan  yang  kurang  baik,  atau  akibat perubahan lingkungan, dapat menjadi pemicu terjadinya ulcer.  Seperti  diketahui  stres  kronis  dapat  menyebabkan  ikan  mengalami  penurunan  daya tahan tubuh.

Gambar: Gejala umum Ulcer yang disertai dengan infeksi jamur
Saprolegnia.

5.      Bintik Putih  - White Spot (Ich)
White spot atau dikenal juga sebagai penyakit "ich", merupakan penyakit ikan yang disebabkan  oleh  parasit.  Penyakit  ini  umum  dijumpai  pada  hampir  seluruh  spesies ikan.  Secara  potensial  white  spot  dapat  berakibat  mematikan.  Penyakit  ini  ditandai dengan  munculnya  bintik-bintik  putih  di  sekujur  tubuh  dan  juga  sirip.  Inang  white spot  yang  bervariasi,  siklus  hidupnya  serta  caranya  meperbanyak  diri  dalam  air  memegang peranan penting terhadap berjangkitnya  penyakit tersebut. Tanda-tanda PenyakitSiklus  hidup  white  spot  terdiri  dari  beberapa  tahap,  tahapan  tesebut  secara  umum dapat dibagi dua yaitu  a. tahapan infektif dan b. tahapan tidak  infektif  (sebagai  "mahluk" yang hidup bebas di dalam  air atau dikenal sebagai fase berenang). Gejala klinis white spot merupakan akibat dari bentuk tahapan sisklus infektif.  Wujud dari "white spot" pada tahapan infektif ini dikenal sebagai Trophont. Trophont hidup dalam  lapisan  epidermis  kulit,  insang  atau  rongga  mulut.  Oleh  karena  itu,  julukan white  spot sebagai  ektoparasit  dirasa kurang tepat,  karena  sebenarnya mereka hidup dilapisan dalam kulit, berdekatan dengan lapisan basal lamina.  Meskipun demikian  parasit ini tidak sampai menyerang lapisan di bawahnya atau organ dalam lainnya.
Ikan-ikan yang terjangkit akan menunjukkan: Penampakan berupa bintik-bintik putih pada sirip, tubuh, insang atau mulut. Masing-masing bintik  ini  sebenarnya  adalah  individu  parasit  yang diselimuti oleh lapisan semi transparan dari jaringan tubuh ikan. Pada  awal  perkembangannya  bintik  tersebut  tidak  akan  bisa  dilihat  dengan mata. Tapi pada saat parasit tersebut makan, tumbuh dan membesar, sehingga bisa mencapai 0.5-1 mm, bintik tersebut dapat dengan mudah dikenali.  Pada kasus berat beberapa individu dapat dijumpai bergerombol pada tempat yang sama.
Ikan  yang  terjangkit  ringan  sering  dijumpai  menggosok-gosokan  tubuhnya  pada benda-benda  lain  di  dalam  air  sebagai  respon  terhadap  terjadinya  iritasi  pada  kulit mereka.    Sedangkan ikan yang terjangkit berat dapat mengalami kematian sebagai akibat terganggunya sistem pengaturan osmotik ikan, akibat gangguan pernapasan, atau menyebabkan infeksi sekunder. Ikan berukuran kecil dan burayak dapat mengalami kematian setelah beberapa hari terjangkit berat.  
Ikan yang terjangkit berat akan menunjukkan perilaku abnormal dan disertai dengan perubahan fisiologis. Akan tampak gelisah atau meluncur kesana kemari dengan cepat dan siripnya tampak bergetar (mungkin sebagai akibat  terjadinya iritasi pada sirip tersebut). Pada  ikan  yang  terjangkit  sangat  parah,  mereka  akan  tampak  lesu,  atau terapung di permukaan.  Kulitnya berubah menjadi pucat dan mengelupas. Sirip tampak robek-robek dan compang-camping. Insang juga tampak memucat. Kerusakan pada kulit dan insang ini akan memicu ikan menglami stres osmotik dan stres pernapasan.  Stres pernapasan ditunjukkan dengan pergerakan tutup insang yang cepat (megap-megap) dan ikan tampak mengapung di permukaan dalam usahanya untuk mendapatkan oksigen lebih banyak.  Apabila ini terjadi, ikan untuk dapat disembuhkan akan relatif sangat kecil
      White spot disebabkan oleh parasit yang diberi nama: Ichtyophtirius multifilis.  Parasit  ini  diketahui  terdiri  dari  beberapa  strain.  Ichtyophtirius  multifilis  memiliki selang toleransi suhu lebar, oleh karena itu,  penyakit white spot dapat dijumpai baik pada ikan-ikan yang hidup di air dingin maupun yang hidup di daerah tropis.  White spot dapat masuk kedalam sistem perairan  melalui ikan yang terjangkit, atau  melalui air yang mengandung parasit pada fase berenang. Tanaman  air  dan  pakan  hidup  dapat  pula  menjadi  perantara  white  spot  terutama  apabila  lingkungan  hidup  tanaman  dan  pakan  hidup  tersebut  telah terjangkit white spot sebelumnya.Air berkualitas baik jarang menjadi media penyebaran white spot. Diketahui  bahwa  fase  berenang  white  spot  hanya  dapat  bertahan  hidup  selama beberapa jam saja sebelum harus menempel pada inangnya.  Oleh karena itu, biasanya mereka akan mati selama proses pengolahan air. White  spot  dapat  juga  disebabkan  oleh   Trichodina, Cryptocaryon  dan Chilodonella.
Gambar 8.24. Ikan yang terserang "white spot"Ikan-ikan yang terjangkit akan
menunjukkan gejala sebagai berikut : Penampakan berupa bintik-bintik putih pada sirip, tubuh, insang atau mulut.

































BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Cacat atau kelainan tulang rangka paling sering dijumpai pada 2-6 vertebrae (ruas) tulang punggung. Skoliosis, kyphosis dan penggabungan dari beberapa vertebra sering diamati, tetapi jenis cacat yang paling banyak dijumpai adalah lordosis. Ikan yang cacat, tulang punggung menunjukkan bentuk V dengan banyak ataupun sedikit sudut.           
Pada ikan yang tidak memiliki gelembung renang, cacat lordotic terutama berlokasi di vertebra 15 (dihitung dari ekor), sedangkan pada ikan yang memiliki gelembung renang cacat biasanya terjadi pada ruas ke 9. Otot-otot ikan biasanya berkembang sebagai akibat gerakan mekanis sirip saat berenang.  
Ada beberapa kelainan yang dijumpai pada larva ikan, terutama seabass dan sea bream, yang berkaitan erat dengan kinerja morphoanatomic dalam pemeliharaan larva, diantaranya adalah: adanya batu pada saluran kemih (urinary calculosis). Gelembung renang (Swim bladder)yang tidak berkembang Cacat/kelainan pada tulang belakang, Cacat pada larva yang baru menetas, Cacat/kelainan pada bentuk rahang dan operculum insang.
      Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa,membunuh dan mempengaruhi produktivitas ikan, baik secara langsung maupun secara bertahap. Hama bersifat sebagai organisma yang memangsa (predator), perusak dan kompetitor (penyaing). Sebagai predator (organisme pemangsa), yakni makhluk yang menyerang dan memangsa ikan yang biasanya mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar dari ikan itu sendiri. Hama sering menyerang ikan bila masuk dalam lingkungan perairan yang sedang dilakukan pemeliharaan ikan. Masuknya hama dapat bersama saluran pemasukan air maupun sengaja datang melalui pematang untuk memangsa ikan yang ada. Hama yang menyerang ikan biasanya datang dari luar melalui aliran air, udara atau darat. Hama yang berasal dari dalam biasanya akibat persiapan kolam yang kurang sempurna. Oleh karena itu untuk mencegah hama ini masuk kedalam wadah budidaya dapat dilakukan penyaringan pada saluran pemasukan dan pemagaran pematang. Hama ikan banyak sekali jenisnya antara lain larva serangga, serangga air, ikan carnivora, ular, biawak, buaya , notonecta atau bebeasan, larva cybister atau ucrit, berang-berang atau lisang, larva capung, trisipan. Hama menyerang ikan hanya pada saat ikan masih kecil atau bila populasi ikan terlalu padat. Sedangkan bila ikan mulai gesit gerakannya umumnya hama sulit memangsanya. Hama yang menyerang ikan budidaya biasanya berupa ular, belut, ikan liar pemangsa. Sedangkan hama yang menyerang larva dan benih ikan biasanya notonecta atau bebeasan, larva cybister atau ucrit. Hama yang sering mengganggu budidaya ikan beronang laut adalah berupa hewan/binatang atau pengganggu lainnya seperti burung dan lingsang. Hama dapat menyerang dan membuat kerusakan pada kurungan ikan. Penanggulangan hama dapat dilakukan dengan cara menutup bagian atas kurungan dengan jaring serta memagar/melingkari kurungan. Untuk mengetahui jenis penyakit dan cara pencegahannya diperlukan diagnosa gejala penyakit.       
Gejala Penyakit Berdasarkan Kelainan Anatomi Dan Perilaku adalah Dropsy, Kelainan Gelembung renang (swimbladder), mata  berkabut  (cloudy  eye), ulcer-ulcer dan bintik putih   white spot (Ich).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar